Keinginan Memilih Pilihan di Dalam Keinginannya

Aku lahir di keluarga yang biasa saja, dan kini, aku tidak akan lupa nasehat dari ibuku, nenekku, pamanku, tanteku, bahkan orang yang bukan dari keluargaku. Nasehat  mereka benar, aku mempercayainya karena mereka lebih dulu berpengalaman hidup di dunia ini.
                Pada waktu  aku masih duduk di bangku SD, aku berkeinginan bisa memiliki sebuah Telepon genggam / HP yang pada masa itu HP tergolong benda elektronik baru. Sampai – sampai aku bermimpi menemukan HP berwarna putih yang canggih di suatu jalan. Setelah aku lulus dari SD, pendidikanku berlanjut di bangku SMP. Disinilah aku bertemu teman yang hobi memelihara ayam dan kami bersama – sama mempelajari cara membudidayakan ayam Bangkok. Sehingga keinginanku mempunyai HP tercapai. Aku membeli HP Nokia dengan harga kisaran  Rp. 800.000.00. Aku mendapatkan uang dari hasil menjual ayam peliharaanku. Begitupun ditambah dengan sisa tabunganku.  Pada saat, aku duduk di bangku SMP Kelas 9, usahaku rusak di karenakan ayam – ayamku terkena penyakit kolera. Dan pada waktu itu berbarengan dengan Ujian Nasional. Sehingga aku harus menghentikan usahaku  dan berfokus pada belajar.
                Alhamdulallah, aku lulus dengan Danem yang lumayan bagus sehingga aku masuk di SMA Negeri Faforit di kotaku. Aku belajar banyak hal di sana. Tetapi, aku kebanyakan bermain dengan teman – temanku. Di rumah, aku memiliki banyak teman. Setiap malam minggu kami pergi ke Alun – alun kota. Entah kenapa kami tidak bosan – bosannya pergi ke sana. Padahal kami pergi kesana dengan mengendarai truk – truk, pick up. Istilahnya seperti nebeng / kasarannya yaitu gandol. Kami senang  pada waktu meloncat dari badan truk seperti tentangan menurut kami. Perasaan ini berbeda dengan orang yang lain. Pandangan setiap orangpun melihat kami, pada waktu kami meloncat dari truk dan berjalan dengan anggota 20 lebih, dengan berpenampilan seperti preman. Ternyata bukan malu yang tertanam di benak kami tetapi bangga. Hahahaha...... Aku hanya merasakan kesenangan dengan mereka. Terkadang aku mulai bosan setiap malam minggu di Alun – alun. Karena melihat banyak orang bergandengan tangan dengan kekasihnya. Potretan itu membuat iri hatiku. Sehingga aku menginginkan ada seorang kekasih di sampingku. Begitupun keinginan itu berlanjut pada sebuah sepeda motor  untuk, aku miliki agar bisa menarik simpati para gadis di sekolahku.
                SMA kelas 12, aku mulai mengurangi bermain dengan teman- temanku. Perasaan takut Ujuan NasionaL melanda. Sehingga aku harus belajar untuk mempersiapkan diri.  Tetapi aku tetap saja belum bisa menguranginya. Malah bukan fokus belajar  yang terjadi melainkan fokus berdagang di sekolah. Dikarenakan tempat kantin yang jauh di sekolahku, maka  ini lah peluangnya. Aku dengan temanku berdua menjual roti pisang di sekolah dengan harga 1 buah roti Rp. 1.500 kami memasok roti dari toko roti dekat rumahku, dengan harga  1 roti RP. 1000. Pada waktu itu di Sekolahku ada 7 ruang kelas 12. Jika kami menjual 20 buah di kelas ku sendiri, dan habis maka kami mendapat untung  Rp. 10.000 ribu. Jika kami menjual 20 buah di 7 kelas maka, kami mendapatkan untung Rp. 70.000 dalam 1 hari. Dan Pada waktu itu kami menargetkan habis semua. Jika ada dagangan tidak habis maka kami jual di kelas adhik kelas yang lain. Aku menyukai pekerjaan ini.
 Suatu ketika, aku di marahi oleh Ibuku. Perasaan kesal membuat diriku bertengkar dengan adhikku sampai – sampai aku memukulnya. Esok harinya adhekku jatuh sakit sampai – sampai ia masuk rumah sakit. Pada waktu itu pula Ujian Nasional tinggal 2 Minggu. Aku semakin bingung, menyesal, terpuruk karena kesalahanku. Pada malam hari, aku terbangun dan teringat masalah yang membuatku menyesali kelakuanku. Aku terlalu memikirkan untuk mempunyai kekasih, aku menyakiti adhikku, aku mengabaikan belajarku, aku tidak mendengar nasehat orang tuaku, dan aku hanya memikirkan cara untuk mendapatkan uang agar dapat membeli sepeda motor. Dimalam itu aku memohon ampun kepada tuhanku. Rasa sesal ini membuat diriku semakin tertekan ditambah lagi Ujian Nasional yang belum  aku pelajari. Sampai aku meneteskan air mata pada malam itu dan teringat ucapan yang pernah ibuku katakan “ Belajarlah dahulu jangan memikirkan pekerjaan, jadilah seorang guru nak”. Aku mulai giat belajar untuk Ujian Nasional dan aku tidak akan lupakan pengalaman ini. Aku juga belajar dari Ustad Yusuf Mansyur yang memberikan ceramah di tv, tentang  doa selama 40 hari. Didalam 40 hari itu aku memperbaiki sholat wajibku, memperbaiki ucapanku, menghidupkan sholat – sholat sunnah, membaca al – quran, sedekah, sering berjamaah, perbanyak sholawat nabi, senangkan hati orang tua. Takluput dari itu semua setiap selesai melakukan persyaratan – persyaratan itu, aku berdoa. Kalimat yang diucapkanku yaitu “mudahkanlah urusanku, luluskanlah dengan nilai bagus, jadikanlah Aku kuliah di kota Jember, jadikanlah aku seorang guru.” Disaat Aku akan menghadapi soal – soal Ujian. Aku meminta maaf kepada kedua orang tuaku dan meminta  doa dari mereka. Begitupun meminta maaf kapada Adhikku.
Waktu Ujian Nasional dan ujian – ujian di sekolahku telah usai. Ada 3 bulan untuk menentukan pendidikanku di masa yang akan datang. Kembalilagi malah Aku hanya mempelajari teknik budidaya lele dan membuat kolam lele di samping pekarangan rumah. Taklama dari itu ibuku memarahiku, Ia tak sependapat dengan pemikiranku. Ibuku menginginkanku untuk menjadi guru. Akupun merasakan sulitnya mendapatkan uang. Ikan lele yang aku panen ternyata rugi besar di karenakan terlalu mahal pakan (pelet) di pasaran. Akupun mendadak jatuh sakit semakin hari semakin parah. Ternyata aku terkena demam berdarah dan langsung di bawa ke Rumah Sakit. Hal yang sangat mengawatirkan trombositku sekitar 75.000 sedangkan normalnya adalah 1.230.000. Hal ini dapat berdampak keluarnya darah dari hidung dan tak terkontrol. Hari demi hari Alham dulilah badanku mulai membaik.
Aku mulai merasakan kasih sayang yang diberikan oleh kedua orangtuaku. Tiba – tiba aku terjejut oleh pengumuman SNMPTN, aku diterima jalur undangan di salah satu Universitas Negeri di Indonesia. Tetapi jurusan yang aku pilah adalah jurusan keinginan Ibuku. Berbeda dengan pemikiranku. Pada waktu itu, aku ingin masuk jurusan Ekonomi. Mungkin ini sudah jalanku aku tak boleh mengeluh. Ada Temanku 1 kelas yang ternyata juga diterima di sana. Setelah itu temanku memberikan aku tumpangan tempat tinggal. Disamping itu ada seorang gadis yang menyukaiku, akupun menerimanya untuk menjadi kekasihku. Tak lama dari itu semua, Ibuku membelikan aku sepeda motor.
Takku sanggka kemudahan – kemudahan itu berlanjut sehingga, aku menjadi mahasiswa di Universitas Negeri. Disuatu ketika aku mendapatkan urusan yang membuat psikisku memburuk. Aku kehilangan leptop. Leptop yang telah ibuku belikan untuk kepentingan kuliahku. Aku mulai mengerti, kedua orang tuaku membanting tulang demi untuk menyekolahkanku sampai perguruan tinggi.
                Pada saat, aku pulang ke kotaku. Tiba – tiba, aku mendapat info ada lowongan kerja yang menjanjikan. Karena pekerjaan ini hanya sampingan saja, akupun tertarik dan melamar.Tetapi takku sangka setelah, aku membayar beberapa uang untuk memenuhi persyaratan pekerjaan itu ternyata, aku di tipu. Perusahaan yang menawarkan pekerjaan dengan janji yang menarik itu ternyata hilang tidak ada kabar. Lagi – lagi Ibuku berkata “Sudalah sekarang  jangan memikirkan cara mendapatkan uang, cukup orangtua saja, fokuslah pada kuliahmu nak.”
                Aku menuruti pilihan orangtuaku. Mungkin ini sudah jalanku, aku akan berusaha sekuat tenagaku. Demi masa depanku aku tetap menginginkan menjadi seorang pengusaha besar di masa depan nanti, sekaligus seorang guru. Tiba – tiba ada peluang, temannya ayahku membutuhkan guru bantu untuk mengajar di tempat sekolah tertentu. Orang tuakupun mendaftarkanku setelah mendiskusikannya denganku. Aku sungguh bersyukur kepada Allah karena dia telah memudahkan jalanku, aku diterima untuk menjadi guru bantu, dan kini, aku memikirkan kesiapanku. Akankah, aku siap memegang tanggung jawab itu. Ya Allah ridhoilah jalan yang telah aku ambil ini, dan jangan berikan aku urusan yang tidak dapatku  selesaikan. Mudahkanlah urusanku, ampunilah dosaku yang hanya membuat sulit urusan – urusanku, dan aku akan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan – kesalahan yang telahku lakukan.
Inilah hudup, kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan nanti, yang terpenting yaitu tetap berusaha jangan menyerah, jika menyerah habislah sudah. Langkah – langkah yang kau pilih di hari yang lalu berdampak di hari ini, dan apa yang kau kerjakan dihari ini berhubungan dengan  masa yang akan datang. Maka pilihlah pilihan yang paling benar di hatimu dan tetap berusaha mengubah kekurangan – kekurangan yang kau miliki. Percayalah pada kemampuanmu. Karena urusan – urusan di hari ini berdampak pada masa depanmu nanti.
                Perubahan itu yang paling kau butuhkan. Ibarat fase pada kupu. Ulat berubah menjadi kepompong, selama 21 hari keluarlah kupu – kupu. Ulat yang merugikan kini menjadi kupu – kupu yang indah. Jika hewan bisa berubah apalagi manusia yang di beri akal pikiran / sebagai makhluk yang sempurna pasti bisa merubah kekurangan – kekurangan yang di milikinya, menjadi kelebihan – kelebihan yang dia inginkan. Tetaplah kau yakin bahwa kau bisa menggapai impian – impian besarmu. Jangan lupa pada yang mahakuasa Allah SWT.


0 komentar:

Posting Komentar

 
MAANYAN © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top