Aku
adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Aku dari keluarga desa yang sederhana.
Meski aku dari keluarga yang sederhana tapi aku memiliki seorang ibu yang
sangat istimewa. Ibuku seperti diriku sendiri, tidak ada sedikitpun jarak
antara aku dan ibuku. Namun aku memiliki seorang Ayah yang overprotektif,
berpendirian kuat dan masih sangat menganut pemikiran orang-orang terdahulu.
Aku juga memiliki dua kakak. Kakak peretamaku sangatlah cuek dan egois.
Sedangkan kakak keduaku sangat perhatian, dan ramah pada semua orang. Namun
kedua kakakku memiliki satu kesamaan yaitu sangat cerdas.
Sejak kecil kakakku selalu mendapat
juara 1. Kakakku juga sekolah di SD,SMP,SMA terbaik dikotaku. Kakakku banyak
mewakili sekolahnya untuk lomba-lomba OSN. Kini kakak pertamaku telah menjadi
tenaga kesehatan(bidan) di Puskesmas terbaik dikotaku, sedangkan kakak keduaku
menjadi tenaga kesehatan(perawat) dirumah sakit terbesar jember. Sedangkan aku berbeda
jauh dengan kakak-kakakku. Jika saat TK kakakku di sekolahkan di TK ternama diseberang
kota, aku hanya disekolahkan di TK terdekat dengan rumahku. Bukan hanya itu,
saat aku SMP aku juga hanya sekolah di salah satu sekolah islam. Hingga pernah
ada seorang tetangga membandingkan aku dengan kakakku, dan kata yang terucap
tetanggaku hingga kini belum bisa terlupakan. Berawal dari itulah aku bertekad
membuktikan bahwa meski aku hanya sekolah di Madrasah aku juga mampu seperti
kakak-kakakku. Namun dalam satu tahun aku kelas satu aku belum mampu memperoleh
peringakat 3besar, aku hanya berkutat pada juara 5 dan 6. Akhirnya saat kelas 2
aku benar-benar berkomitmen serius, aku selalu duduk dibangku depan guru, dan
aku selalu disiplin dengan tugas-tugasku, namun aku bukan hanya berkomitmen
pada bidang akademis, aku juga mencoba bidang non-akademis yaitu kaligrafi,
bola voli, fashion. Hal itu bermula saat dimadrasah ada lomba kaligrafi aku
turut mencoba berpartisipasi, alhasil aku mendapat juara harapan 1, meski hanya
harapan namun aku bangga karena sedikitpun aku tidak pernah mengenal yang namanya
kaligrafi dan itu pertama kali aku mengikutinya. Akhirnya sejak saat itu aku
selalu mengikuti perlombaan kaligrafi himgga tingkat kabupaten. Fashion bermula
ketika ada perlombaan hijab tingkat madrasah sekabupaten yang diselenggarakan
di madrasahku, dan hasilnyapun sangat mengejutkan bahwa aku mendapat juara 1
kategori top model, dan juara 1 kategori model berpasangan. Dan yang begitu
membuatku benar-benar bahagia saat kelas 2 madrasah aku juga mulai mendapat
juara kelas dan itu berlangsung sampai aku kelas 3. Untuk voli berawal juga
dari aku dimadrasah, saat itu ada suatu perlombaan tingkat kelas aku mewakili
kelasku. Mungkin keberuntungan atau memang diberi sedikit kemampuan padaku
sehingga kelasku memenangkan lomba tersebut sehingga harus diadu ulang dengan
tim kakak kelas. Sejak dari perlombaan itu, aku selalu diajak oleh guru-guru
jika ada perlombaan ataupun tournament. Lulus dari madrasah aku melanjutkan ke
Sma yang cukup favorit, namun tetap saja Sma-ku dibawah Sma-nya kakakku. Tetanggaku
pun mulai komentar dengan Sma-ku, Namun hal itu tidak menjadikanku larut dalam
sakit hati. Aku focus dengan segala kemampuanku, aku berpetualang dengan
mencoba segala kesempatan yang ada dan selalu berusaha yang terbaik. Di Sma aku mengikuti berbagai ekstrakurikuler
diantaranya bola voli, marching band, pramuka, jurnalis. Dan akupun aktif
organisasi yaitu Osis dibagian keagamaan. Karena keaktifanku diberbagai
kegiatan membuatku pulang larut malam hingga terjadilah perkataan-perkataan
ditetanggaku, akupun sempat dimarahi habis-habisan oleh kedua orang tua dan
kedua kakakku. Namun aku menjelaskan dengan perlahan bahwa dalam kehidupan
bukan hanya akademis yang perlu dikejar. Sehingga diberilah kebebasan padaku.
Hingga tiba aku kelas 3, mulailah timbul pertanyaan dari kedua orangtua dan
kedua kakakku “mau melanjutkan kemankah aku kelak?” aku menjawab aku ingin sama
seperti kakak-kakakku yaitu tetap ditenaga kesehatan lebih tepatnya dibagian
analis, mendengar hal tersebut orang tua dan kakak-kakaku sangat senang dan
mendukung secara materil juga moril. Waktu pun berjalan begitu cepat, tibalah
saat-saat aku harus mendaftar ke perguruan tinggi mana yang akan aku tuju.
Dengan lantang aku suarakan aku pilih Surabaya. Aku mendaftarkan diri lewat
jalur tes sebelum berlangsungnya Snmptn maupun Sbmptn. Beberapa bulan berlalu
tibalah saat pengumuman. Aku tidak berani untuk membuka hingga dibukakan oleh
kakakku, Alhamdulillah hasilnya aku diterima(lolos). Ayah dan ibuku langsung
memeluk dan menciumku. Ibuku sampai menitikan air mata. Setelah beberapa bulan
dibukalan pendaftaran ptn lewat jalur Snmptn, meski telah lolos dites sebelum
namun aku tetap mendaftarkan diri dalam snmptn, namun sayang aku tidak lolos.
Lalu selanjutnya dibuka jalur sbmptn dan sayang juga aku tidak lolos. Dan
akhirnya jalur yang terakhir yaitu mandiri pun dibuka. Aku pun mengikuti
seleksi itu secara diam-diam, aku memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
disalah satu Universitas di Jember. Aku tidak tau apa alasan terkuatku, saat
itu aku hanya berpikir bahwa aku ingin mengabdikan diri pada negaraku. Aku
memiliki sebuah pandangan jika aku kerja ditenaga kesehatan jika kelak aku
telah memiliki rumah tangga waktuku akan tersita dan akan sulit untuk membagi
waktu seperti yang dialami kakak-kakakku. Saat sma aku adalah jurusan ipa,
namun entah mengapa aku ingin menjadi guru yang termasuk dalam jurusan ips,
sehingga aku harus benar-benar mempelajari mulai awal.Hingga tiba saat tes aku
mengerjakan dengan tenang. Selesai itu aku segera pulang agar kedua orang tuaku
tidak curiga. Setelah beberapa bulan tibalah waktu pengumuman, dengan hati yang
harap-harap cemas aku ke warung internet karena pengumuman dilakukan secara
on-line. Saat aku buka muncullah kata selamat, aku seketika diam tidak percaya,
tidak terasa air mata pun menetes. Dan segera aku beranjak pulang, sesampai
dirumah aku cerita pada kedua orang tuaku bahwa aku lolos seleksi mandiri di FKIP
tepatnya PGSD. Lalu aku mulai menyampaikan keinginanku untuk mengambil jurusan
itu, namun secara bersama kedua orang tuaku tidak menyetujui, mereka hanya akan
mendukunngku dijurusan kesehatan. Meski begitu aku tetap merayu kedua
orangtuaku hingga tiba saat pendaftaran ulang, aku mencoba menjelaskan kembali
bahwa jika dijurusan kesehatan aku akan seperti kakak-kakakku yang hanya
memiliki waktu sedikit untuk keluarga, aku juga menjelaskan bahwa aku ingin
mengabdikan diri pada negara dengan turut mencerdaskan anak bangsa, dan aku
juga rela jika daftar ulang memakai uang tabunganku. Mendengar hal itu ayahku bertanya
“apa kamu yakin dengan pilihanmu?” dan dengan tegas aku menjawab “iya, aku
yakin.” Karena kesungguhan dan keberanianku akhirnya kedua orangtuaku
menyetujui untuk mengurusi pendaftaran ulangku dengan memakai uang tabunganku.
Namun dengan syarat jika ip-ku bisa bagus aku ajkan benar-benar disetujui,
namun jika tidak aku harus pindah jurusan lain yaitu kembali kebidang
kesehatan. Karena tanggung jawab itulah bersungguh-sungguh diPGSD ini, aku akan
benar-benar menjaga diriku untuk kuliah dan kedua orang tuaku yang juga untuk
negaraku kedepan.
0 komentar:
Posting Komentar