Jika masyarakat Bali terkenal memiliki upacara Ngaben yang mahal dan Toraja
terkenal dengan tradisi pemakamannya yang tak kalah mewah (Rambu Solo) maka
Dayak Maanyan juga memilki ritual khusus dalam mengantar arwah kerabat yang
sudah meninggal dunia. Dayak Maanyan adalah sub etnis yang mendiami Desa
Warukin, di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
Suku Dayak Maanyan mendiami wilayah yang membentang dari perbatasan
Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Selatan. Menurut peraturan adat,
masyarakat Dayak Maanyan dibagi menjadi tiga, yaitu: Banua Lima, Paju Ampat, dan Paju Sepuluh. Dayak Maanyan di
Desa Warukin termasuk dalam kelompok Lima Banua yang memiliki perbedaan
tertentu (meskipun tidak signifikan) dengan dua kelompok lainnya.
Meskipun banyak suku Dayak Maanyan telah memeluk agama Islam dan Kristen
atau tidak lagi menganut kepercayaan leluhur 'Kaharingan', serangkaian ritual
kuno masih dilaksanakan dalam upacara pemakaman hingga hari ini. Suku Dayak
Maanyan percaya bahwa setiap orang yang meninggal berarti kembali ke asal
mereka, tanah kesempurnaan (atau serupa surga atau nirwana). Untuk mencapai
kesempurnaan hidup setelah mati, serangkaian ritual khusus harus dilakukan oleh
keturunan dan kerabat yang ditinggalkan. Rangkaian ritual ini adalah sebuah
proses pembersihan jiwa orang yang sudah meninggal dari setiap kesalahan atau
dosa yang mungkin akan menghalangi jalan mereka ke surga.
Berikut adalah tahapan dan berbagai macam upacara pemakaman Suku Dayak
Maanyan.
1. Ijambe adalah prosesi
pembakaran tulang jenazah. Prosesi ini memakan waktu sepuluh hari dan ditandai
dengan pemotongan sapi, babi, dan ayam. Karena biayanya yang tinggi, upacara
biasanya dilakukan oleh sekeluarga besar atau beberapa generasi keturunan orang
yang meninggal dunia.
2. Ngadatun biasanya
dilakukan untuk upacara pemakaman khusus bagi mereka yang meninggal dengan cara
yang tidak wajar (tewas dalam pertempuran), tokoh terkenal atau tokoh
masyarakat. Upacara memakan waktu 7 hari 7 malam.
3. Miya merupakan upacara
ritual membuatkan makam (membatur) dan menghias makam.
Dalam ritual ini, sejumlah makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya secara simbolis
dikirim ke roh yang sudah meninggal.
4. Bontang adalah bentuk
upacara yang menunjukkan penghormatan tertinggi keluarga terhadap yang sudah
meninggal dunia. Upacara ini berlangsung selama 5 hari. Puluhan babi, ratusan
ayam, dan juga sejumlah kerbau disembelih. Inti dari diadakannya upacara ini
adalah untuk mengirim kekayaan dan kemakmuran kepada arwah yang sudah
meninggal. Namun begitu, ritual ini bukanlah ritual bernuansa kesedihan tapi
lebih mirip sebuah perayaan.
5. Nuang Panuk adalah
juga ritual membuatkan makam (membatur)—mirip dengan ritual
Miya. Hanya saja ritual ini lebih singkat karena hanya memakan waktu satu hari.
6. Siwah adalah
kelanjutan dari upacara Miya yang dilakukan 40 hari setelah pelaksanaan Miya.
Ritual ini dimaksudkan untuk memanggil kembali arwah kerabat yang sudah
meninggal untuk kembali ke keluarga sebagai "Pangantu Pangantuhu"
atau pelindung keluarga.
Selama pelaksanaan ritual pemakaman tersebut, ada proses yang unik, kerbau
yang dikorbankan harus terlebih dahulu ditombak sebelum akhirnya disembelih.
Menombak kerbau ini diyakini sebagai bentuk ekspresi bahwa seseorang harus
berusaha atau bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu.
ijin kopas
BalasHapustabe
BalasHapustabe
BalasHapuspenjelasannya yang lebih lengkap tentang MIYA dong Please, tugas dari sekolah soalnya
BalasHapus