Saya
adalah salah satu mahasiswa PGSD Universitas Jember. Saya berasal dari sebuah
keluarga yang sederhana. Ayah saya hanyalah seorang kuli bangunan dan ibu saya
hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Saya merupakan anak pertama dari dua
bersaudara.
Saya
pertama kali mengenyam pendidikan formal pada saat usia saya 5 tahun yakni di
sebuah taman kanak-kanak di dekat rumah saya. Akan tetapi selain pendidikan
formal, di rumah saya juga mendapatkan pendidikan agama yakni mengaji. Karena
bagi keluarga saya, pendidikan formal saja tidak cukup, jadi harus dibarengi
dengan pendidikan hati yaitu keagamaan. Setelah itu, tepatnya 2 tahun kemudian
saya melanjutkan pendidikan saya di sebuah sekolah dasar negeri. Pada waktu
duduk di kelas 1, 2, dan 3, alhamdulillah prestasi saya cukup bagus, karena
saya selalu mendapatkan peringkat 3 besar di kelas. Akan tetapi prestasi
tersebut tidak saya dapatkan secara cuma-cuma, melainkan karena saya giat
belajar dan berlatih mengerjakan soal, selain itu peran orang tua juga sangat
mempengaruhi. Ibu saya selalu mendampingi saya saat belajar, jadi apabila saya
mengalami kesulitan dalam belajar, ibu saya selalu siap membantu. Namun sayang
pada waktu naik ke kelas 4, prestasi saya sempat menurun. Entah mengapa bisa
demikian, mungkin karena saya terlalu menyepelakan pelajaran karena sudah
merasa cukup puas dengan prestasi yang sudah saya dapatkan.
Kemudian
pada saat saya duduk di kelas 5 SD, keluarga saya pindah rumah, jadi otomatis
saya pun juga harus pindah sekolah. Saya merasa cukup nyaman tinggal di rumah
saya yang baru, karena selain jarak sekolah yang lebih dekat dengan rumah saya,
saya juga tetap bisa mengaji di sini dan teman-teman saya yang baru juga tidak
kalah baik hatinya dengan teman-teman saya yang dulu. Dan di sekolah yang baru,
saya mulai menyukai pelajaran yang awalnya sangat saya benci. Hal tersebut
terjadi karena di sini saya bertemu dengan guru yang sangat baik dan
menyenangkan dalam menyampaikan materi pelajaran, khususnya matematika. Selain
itu, alhamdulilah di sekolah yang baru ini prestasi saya mulai kembali
meningkat, bahkan lebih baik dibadingkan dengan yang dulu. Selain saya selalu
mendapatkan peringkat 3 besar dalam kelas, saya juga pernah mendapatkan juara
lomba cerdas cermat walau hanya ditingkat kecamatan. Awalnya sebelum pindah
rumah, saya sempat pesimis saya tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Mungkin selain karena prestasi saya yang semakin menurun,
hal yang menjadikan saya pesimis adalah mengenai biaya pendidikan yang cukup mahal
bagi keluarga saya. Akan tetapi semenjak prestasi saya kembali membaik, saya
dan keluarga menjadi lebih optimis untuk tetap melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan mengenai biaya, saya akan berusaha meminta
keringanan kepada pihak sekolah. Alhamdulillah Allah mengizinkan saya, dan
akhirnya saya diterima di salah satu SMP Negeri yang jaraknya tidak jauh dari
rumah saya, sehingga tidak perlu menambah biaya transportasi.
Di
SMP, saya berusaha dan berdo’a agar prestasi saya tidak menurun bahkan kalau
bisa justru bertambah baik. Pada awalnya saya merasa cukup pesimis melihat
teman-teman saya yang hampir semuanya mengikuti les-les tambahan agar bisa mendapatkan
nilai yang baik. Akan tetapi syukur Alhamdulilah, Allah mendengar do’a saya, walaupun
saya tidak mengikuti les, karena saya tidak memiliki cukup biaya untuk les
tambahan tersebut, di SMP saya selalu mendapatkan peringkat 3 besar di kelas.
Selain itu saya juga sering mengikuti lomba-lomba akademik, khususnya dibidang
matematika walaupun tidak pernah juara, tetapi bagi saya itu adalah pengalam
yang cukup berharga yang mungkin tidak semua orang bisa rasakan. Dan mungkin
karena itu semua, saya sempat mendapatkan les gratis dari guru matematika saya
dari mulai kelas 7 sampai lulus dan juga dari guru bahasa Inggris saya dari
mulai kelas 8 sampai lulus. Tidak hanya cukup sampai di situ, Allah juga
memberikan nikmat yang sangat luar biasa, karena pada saat kelulusan saya
mendapatkan nilai terbaik nomor 2 di sekolah. Hal tersebut menjadikan saya
lebih bersemangat untuk tetap melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA. Akan
tetapi perlu diketahui bahwa semua itu tidak saya peroleh secara
cuma-cuma,melainkan dengan penuh usaha dan tawakal, dan tidak lupa mengutamakan
kejujuran.
Setelah
saya lulus SMP, kemudian saya melanjutkan ke tingkat SMA yang jaraknya cukup
jauh dari rumah saya, dan hal tersebut cukup menjadi kendala bagi saya. Karena
di rumah saya tidak ada angkutan umum, dan ayah saya juga tidak memiliki
kendaraan yang bisa saya gunakan untuk berangkat ke sekolah. Akhirnya saya
harus mencari tumpangan setiap hari untuk bisa berangkat ke sekolah. Dan Allah
memang sangat baik, Beliau memberikan saya seorang teman yang sangat baik hati
yang selalu mau memberi tumpangan kepada saya. Di SMA, prestasi saya tidak
sebegitu baik seperti pada waktu di SD atau SMP. Saya hanya bisa mendapatkan
peringkat 10 besar di kelas. Akan tetapi saya tetap bersyukur kepada Allah
karena saya masih masuk 10 besar, dan saya tetap menjunjung tinggi nilai
kejujuran. Karena bagi saya kejujuran itu adalah segalanya. Akhirnya di SMA
saya mencoba mencari pengalaman baru, sekaligus belajar berbisnis
kecil-kecilan dengan mencoba menjual
jajanan di sekolah. Mungkin untuk pertama kali saya merasa malu, akan tetapi
lama kelamaan saya menjadi terbiasa. Tidak hanya berjualan jajanan, pada waktu
duduk di SMA, saya juga pernah diminta menjadi guru les kecil-kecilan oleh
tetangga saya. Dan saya menerima tawaran tersebut, karena secara tidak langsung
saya juga bisa berlatih mengajar.
Akhirnya
setelah 3 tahun duduk di bangku SMA, akhirnya saya lulus. Sebenarnya pada
awalnya, saya tidak begitu berharap bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi karena melihat keadaan ekonomi keluarga saya. Akan tetapi, alhamdulillah
ternyata Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi melalui jalur Bidik Misi, sehingga saya
bisa duduk di sini, di kampus tercinta. Universitas Jember.
0 komentar:
Posting Komentar